Sabtu, 07 Januari 2012

PISA, UN, KTSP


PISA, UN DAN KTSP

Jika kita membahas ketiga hal ini, PISA, UN dan KTSP tidak dapat dipisahkan dengan evaluasi pembelajaran. Secara ringkas dapat kita katakan bahwa PISA, UN merupakan tahapan evaluasi yang ditujukan untuk mengukur kemampuan peserta didik, dimana kedua hal tersebut dibedakan oleh tingkatan proses pengukuran, sebaran data, dan tujuan pengukuran. PISA digunakan untuk pengukuran kemampuan siswa ditingkat internasional dengan materi pengukuran sains, matematika, dan bahasa inggris dengan sebaran data acak untuk setiap negara, tujuan pengukuran untuk membantu para siswa (generasi masa depan) untuk memikirkan masalah bangsa dan negaranya serta dunia. Sedangkan orientasi UN lebih cenderung kepada kuantitas lulusan, bukan kualitas individu, materi yang di ujikan matematika, bahasa indonesia, bahasa inggris, sains (biologi, fisika, kimia) serta sosial (ekonomi, geografi).
Sedangkan KTSP merupakan kurikulum yang menjadi acuan pelaksanaan pembelajaran di indonesia (UN) dimana kurikulum atau pedoman pengevaluasian pada PISA kurang lebih memiliki kesamaan dengan KTSP. (Yunengsih : 2008)
The intended curriculum (Kurikulum Kebijakan Nasional) berada pada tingkat pendidikan nasional. Intended curriculum secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai kurikulum nasional di anggap sebagai kebijakan nasional dan resmi yang merefleksikan visi pemerintah, rencana pembelajaran, dan sanksi untuk tujuan pendidikan (Robitaille et al., 1993; Schmidt et al.,) dalam yunengsih : 2008. Intended curriculum yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan dari kurikulum berbasis kompetensi.

The implemented curriculum (Kurikulum Tingkat Pelaksanaan) berada pada level sekolah. Implemented curriculum adalah kurikulum yang digunakan dalam buku teks atau kurikulum yang berasal dari strategi pengajaran yang dilakukan oleh guru (Scmidt et al., 1997) dalam yunengsih 2008. The attained curriculum (Kurikulum Tingkat Pencapaian) adalah kurikulum yang berada pada tingkatan siswa dan mengukur pencapaian oleh siswa. Pemerintah Indonesia menerapkan UN sebagai instrumen pengukur pencapaian pendidikan. Dengan kata lain, attained curriculum yang di terapkan di Indonesia di wakili oleh UN.

       Untuk lebih jelas dapat dipaparakan ringkasannya sebagai berikut :
A.      KTSP
KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, social budaya masyarakat setempat dan karakteristk peserta didik. ( Mulyasa, 2010).
Sekolah dan komite sekolah atau madrasah dan komite madrasah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan di bawah supervise dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan di SD, SMP, SMA dan SMK serta Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA dan MAK.
KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan  banyak melibatkan peran guru dalam penanggungjawabannya. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar system pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif. Hal tersebut juga sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
            KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 :
·         Pengembangan Kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar Nasional Pendidikan untk mewujudkan tujuan nasional
·         Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan potensi daerah dan peserta didik.
·         Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP.
Berkaitan dengan standar nasional pendidikan pemerintah telah menetapkan delapan aspek penddikan yang harus distandarkan yang saat ini telah dirampungkan dua standard an siap dilaksanakan dalam pembelajaran di sekolah yaitu standar isi dan standar kompetensi lulusan (SKL).

B.       Ujian Nasional
Definisi Ujian Nasional adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah (Wikipedia). Ujian Nasional adalah sistem ujian yang digunakan untuk mengetes kemampuan memilih A, B, C, D, atau E berdasarkan kemampuan menggunakan insting liar semata. Ujian Nasional biasa disebut UAN atau UN merupakan sebuah usaha dari Depdiknas untuk menentukan suatu standar manusia sempurna. Ujian Akhir Nasional atau biasa disebut UAN adalah bentuk ujian yang akan menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau tidak, dengan mengacu pada kompensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Tujuan Dilaksanakannya UN
Adalah menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kegunaan Hasil UN
1.        Pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan
2.        Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya;
3.        Penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan;
4.        Dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan (BSNP, Ujian NAsional 2011)

C.      PISA 
Pengertian
Program for International Student Assessment (PISA) adalah penilaian standar internasional yang dikembangkan bersama oleh partisipasi ekonomi dan dikelola untuk usia anak sekolah yang berumur 15 tahun. Tiga penilaian sejauh ini telah dilaksanakan (pada tahun 2000, 2003, 2006 dan 2009). Pengujian biasanya diberikan kepada antara 4.500 dan 10.000 siswa di setiap negara. ( Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika).
Penilaian  PISA
PISA menilai seberapa jauh siswa wajib belajar yang telah memperoleh beberapa pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat. Dalam semua siklus, keutamaan membaca, melek matematika dan ilmiah yang mencakup tidak hanya dalam hal penguasaan kurikulum sekolah, tetapi dalam hal pengetahuan penting dan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan dewasa.
Kerangka PISA
PISA berdiri dalam tradisi studi sekolah internasional, dilakukan sejak akhir 1950-an oleh Asosiasi Internasional untuk Evaluasi Prestasi Pendidikan (IEA). Sebagian besar metodologi PISA yang mengikuti contoh Tren Internasional Matematika dan Ilmu Study (TIMSS, dimulai pada 1995), yang pada gilirannya sangat dipengaruhi oleh US National Assessment of Educational Progress (NAEP). Komponen membaca PISA terinspirasi oleh Kemajuan IEA dalam International Reading Literacy Study (PIRLS).  PISA bertujuan pengujian keaksaraan di tiga bidang kompetensi: membaca, matematika dan ilmu pengetahuan.
Tes PISA matematika meminta siswa untuk menerapkan pengetahuan matematika mereka untuk memecahkan masalah diatur dalam berbagai konteks dunia nyata. Untuk memecahkan masalah siswa harus mengaktifkan sejumlah kompetensi matematika serta berbagai pengetahuan konten matematika. Oleh TIMSS, di sisi lain, langkah-langkah lebih banyak pada konten kelas tradisional seperti pemahaman tentang pecahan dan desimal dan hubungan antara mereka (pencapaian kurikulum). Dalam PISA  berguna untuk mengukur aplikasi pendidikan pada masalah-masalah kehidupan nyata dan belajar seumur hidup (pengetahuan tenaga kerja). PISA (Programme for International Student Assessment) merupakan studi internasional dalam rangka penilaian hasil belajar yang salah satu tujuannya menguji literasi matematika siswa usia 15 tahun atau siswa yang baru saja menyelesaikan pendidikan dasar.

Terdapat tujuh komponen penting dalam kerangka penilaian literasi matematika 2012 yaitu :
1.      Communication, literasi matematika melibatkan kemampuan untuk mengkomunikasikan masalah. Seseorang melihat adanya suatu masalah dan kemudian tertantang untuk mengenali dan memahami permasalahan tersebut.Membuat model merupakan langkah yang sangat penting untuk memahami,memperjelas, dan merumuskan suatu masalah. Dalam proses menemukanpenyelesaian, hasil sementara mungkin perlu dirangkum dan disajikan.Selanjutnya, ketika penyelesaian ditemukan, hasil juga perlu disajikan kepadaorang lain disertai penjelasan serta justifikasi. Kemampuan komunikasidiperlukan untuk bisa menyajikan hasil penyelesaian masalah.
2.      Mathematising, literasi matematika juga melibatkan kemampuan untuk mengubah (transform) permasalahan dari dunia nyata ke bentuk matematika atau justru sebaliknya yaitu menafsirkan suatu hasil atau model matematika ke dalam permasalahan aslinya. Kata ‘mathematising’ digunakan untuk menggambarkan kegiatan tersebut.
3.      Representation. Literasi matematika melibatkan kemampuan untuk menyajikan kembali (representasi) suatu permasalahan atau suatu obyek matematika melalui hal-hal seperti: memilih, menafsirkan, menerjemahkan, dan mempergunakan grafik, tabel, gambar, diagram, rumus, persamaan, maupun benda konkret untuk memotret permasalahan sehingga lebih jelas.
4.      Reasoning and Argument. Literasi matematika melibatkan kemampuan menalar dan memberi alasan. Kemampuan ini berakar pada kemampuan berpikir secara logis untuk melakukan analisis terhadap informasi untuk menghasilkan kesimpulan yang beralasan.
5.      Devising Strategies for Solving Problems. Literasi matematika melibatkan kemampuan menggunakan strategi untuk memecahkan masalah. Beberapa masalah mungkin sederhana dan strategi pemecahannya terlihat jelas, namun adajuga masalah yang perlu strategi pemecahan cukup rumit.
6.      Using Symbolic, Formal and Technical Language and Operation. Literasi matematika melibatkan kemampuan menggunaan bahasa simbol, bahasa formal
dan bahasa teknis.
7.      Using Mathematics Tools. Literasi matematika melibatkan kemampuan menggunakan alat-alat matematika, misalnya melakukan pengukuran, operasi dan sebagainya.

PISA mentransformasikan prinsip-prinsip literasi matematika menjadi tiga komponen yaitu komponen konten, proses dan konteks.
a.       Komponen konten dalam studi PISA dimaknai sebagai isi atau materi atau subjek matematika yang dipelajari di sekolah yaitu meliputi perubahan dan keterkaitan, ruang dan bentuk, kuantitas, dan ketidakpastian data.
b.      Komponen proses dalam studi PISA dimaknai sebagai hal-hal atau langkah-langkah seseorang untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam situasi atau konteks tertentu dengan menggunakan matematika sebagai alat sehingga urutan bilangan 7, 11, 15, 19 dan 23, bertambah dengan 4, sedangkan urutan bilangan 1, 10, 19, 28 dan 37...bertambah dengan 9. Angka 19 berada pada kedua urutan bilangan tersebut. Jika kedua urutan bilangan tersebut diteruskan, berapa angka sama berikutnya yang akan muncul pada KEDUA urutan bilangan?
permasalahan itu dapat diselesaikan. Kemampuan proses didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam merumuskan (formulate), menggunakan (employ) dan menafsirkan (interpret) matematika untuk memecahkan masalah yang melibatkan kemampuan dalam komunikasi, matematisasi, representasi, penalaran dan argumentasai, menentukan strategi untuk memecahkan masalah, penggunaan bahasa simbol, bahasa formal, dan bahasa teknis sebagai alat matematika.
c.       Komponen konteks dalam studi PISA dimaknai sebagai situasi yang tergambar dalam suatu permasalahan yang diujikan yang dapat terdiri atas konteks pribadi (personal), konteks pekerjaan (occupational), konteks sosial (social) dan konteks ilmu pengetahuan (scientific).
Pengembangan dan implementasi
Dikembangkan sejak tahun 1997, penilaian PISA pertama dilakukan pada tahun 2000. Hasil penilaian setiap periode waktu sekitar satu setengah tahun untuk dianalisis. hasil pertama diterbitkan pada bulan November 2001.
PISA disponsori, diatur, dan dikoordinasikan oleh OECD. Desain uji, pelaksanaan, dan analisis data didelegasikan ke sebuah konsorsium penelitian internasional dan lembaga-lembaga pendidikan yang dipimpin oleh Dewan Australia untuk Educational Research (ACER). ACER memimpin dalam mengembangkan dan melaksanakan prosedur pengambilan sampel dan membantu dengan pemantauan hasil sampling di negara-negara tersebut. Instrumen penilaian mendasar untuk PISA Membaca, Matematika, Sains, Soal pemecahan, pengujian berbasis komputer, latar belakang dan kuesioner kontekstual sama-sama dibangun dan disempurnakan oleh ACER. ACER juga mengembangkan perangkat lunak khusus dibangun untuk membantu dalam pengambilan sampel dan data capture, dan menganalisis semua data.
Cakupan dan refleksi yang utama dari kurikulum sekolah adalah
1.  Kuantitas
2.  Ruang dan bentuk
3.  Perubahan dan hubungan
4.  Ketidakpastian
Soal PISA
GEMPA BUMI
Pada siaran tentang gempa bumi dan seberapa sering gempa terjadi, seorang ahli geology berkata sebagai berikut: “Dalam dua puluh tahun ke depan, peluang terjadinya gempa bumi di kota Zed adalah 2 dari 3”. Manakah dari pernyataan berikut yang sesuai dengan pernyataan ahli tersebut?
A. , sehingga antara 13 dan 14 tahun lagi akan terjadi gempa bumi di kota Zed.
B. lebih dari , sehingga anda yakin bahwa akan ada gempa bumi di kota Zed pada suatu ketika dalam 20 tahun ke depan.
C. Kemungkinan bahwa akan ada gempa di kota Zed pada suatu ketika dalam 20 tahun ke depan lebih besar dari pada kemungkinan tidak terjadi gempa bumi.
D. Anda tidak bisa mengatakan apa pun, karena tak seorang pun tahu kapan gempa akan terjadi.
(PISA 2006, code M509Q01)
Komponen Materi yang Diuji Skor (%)
Konten peubahan dan keterkaitan
Ruang dan bentuk
Kuantitas
Ketidakpastian dan data
25
25
25
25
Komponen Kemampuan yang diujikan skor(%)
Proses Mampu merumuskan masalah secara matematis

Mampu menggunakan konsep, fakta, prosedur dan
penalaran dalam matematika.

Menafsirkan, menerapkan dan mengevaluasi

25
50
25










Contoh permasalahan dalam konteks pribadi antara lain adalah masalah penyiapan makanan, belanja, kesehatan personal, olah raga, perjalanan, jadwal perjalanan, dan persoalan keuangan. Contoh permasalahan dalam konteks pekerjaan antara lain menghitung harga, mengontrol kualitas, mendesain gedung. Contoh permasalahan dalam konteks sosial antara lain pemilihan suara, transportasi angkutan umum, pemerintahan, kebijakan publik, periklanan, statistik nasional. Contoh permasalahan dalam konteks ilmu pengetahuan antara lain hal-hal yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, cuaca, obat, pengukuran dan dunia matematika sendiri. Soal-soal matematika dalam studi PISA lebih banyak mengukur kemampuan menalar, pemecahan masalah, berargumentasi dan pemecahan masalah daripada soal-soal yang
mengukur kemampuan teknis baku yang berkaitan dengan ingatan dan perhitungan semata. Berikut ini disajikan contoh lain soal yang diujikan dalam PISA 2009.

Soal PISA

Sebagai tugas rumah dengan topik lingkungan, siswa mengumpulkan informasi tentang waktu urai jenis-jenis sampah, seperti terlihat dalam tabel berikut ini.


Nama Benda Waktu Urai
Kulit pisang                            1-3 tahun
Kulit jeruk                               1-3 tahun
Kotak kardus                          0,5 tahun
Permen karet                           20-25 tahun
Koran Beberapa hari
Mangkok plastik Lebih dari    100 tahun
Seorang siswa berpikir untuk menyajikan data tersebut dalam diagram batang. Berikan alasan mengapa diagram batang tidak cocok untuk menyajikan data tersebut?

Konten            : Ketidakpastian dan data
Kuantitas         : Proses Menafsirkan, menerapkan dan mengevaluasi hasil dari prosesMatematika
Konteks           : Ilmu pengetahuan

Analisa
Banyaknya siswa yang menjawab benar kira-kira 51% dari seluruh siswa, sehingga soal ini termasuk kategori sedang. Soal ini membutuhkan penalaran dari data-data yang disajikan. Ada dua jawaban benar yang diberikan siswa yaitu: (1) menggambar diagram batang dengan data itu sangat sulit, karena datanya 1-3, 1-3, 0,5, beberapa hari, dan lebih dari 100 tahun, dan (2) ada perbedaan yang sangat besar antara beberapa hari dan lebih dari 100 tahun.
Siswa usia 15 tahun (SMP) di Indonesia sebenarnya telah mempelajari kemampuan dasar yang diperlukan untuk menyelesaikan soal tersebut sejak di SD. Di Kelas VI SD Semester 2 siswa telah belajar kompetensi dasar “menyajikan data ke bentuk table dan diagram gambar, batang dan lingkaran” (KD 7.1). Sementara saat di kelas IX SMP Semester 1, siswa telah mempelajarinya kembali dan memperdalam melalui kompetensi dasar “menyajikan data dalam bentuk tabel, diagram batang, garis dan lingkaran” (KD 3.2). Namun demikian, siswa yang belum berhasil menjawab dengan benar soal tersebut kemungkinan disebabkan dalam proses belajar sehari-hari siswa yang kurang dibiasakan untuk menyelesaikan soal dengan cara memberi argumentasi


Soal PISA
Untuk konser music rock, sebuah lapangan yang berbentuk persegi panjang berukuran
panjang 100 meter dan lebar 50 meter disiapkan untuk pengunjung. Tiket terjual habis
bahkan banyak fans yang berdiri. Berapakah kira-kira banyaknya pengunjung konser
tersebut?
A. 2000 B. 5000 C. 20.000 D. 50.000 E. 100.000
Konten                        :   Ruang dan bentuk
Kuantitas                     : Proses Mampu merumuskan masalah secara Matematika Mampu menerapkan konsep, fakta, prosedur dan penalaran dalam Matematika. Menafsirkan, menerapkan dan mengevaluasi hasil dari proses Matematika
Konteks                       :    Sosial
Analisa          
Pada ujicoba soal, sekitar 28% siswa menjawab benar, yaitu dengan jawaban 20.000. Dengan demikian soal ini tergolong cukup sulit. Untuk menyelesaikan soal ini sebenarnya tidak memerlukan perhitungan atau rumus matematika yang sulit karena utamanya yang diperlukan adalah daya imajinasi dan kreativitas. Jumlah orang yang ditampung tergantung dari luas lapangan yang berbentuk persegi panjang itu. Untuk menyelesaikan soal tersebut diperlukan kemampuan menghitung luas persegi panjang dan memecahkan masalah. Untuk siswa Indonesia usia 15 tahun yang mengikuti PISA, kemampuan menghitung luas persegi panjang dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan menghitung luas persegi panjang telah dipelajari
siswa sejak di SD, yaitu Kelas III Semester 2 pada pada KD “menghitung luas persegi dan persegi panjang” (KD 5.2) dan “menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan keliling, luas persegi dan persegi panjang” (KD 5.3). Setelah siswa belajar di SMP, kemampuan tersebut dipelajari lagi dan diperdalam di Kelas VII Semester 2 pada kompetensi dasar “menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah” (KD 6.3). Dalam proses menyelesaikan soal tersebut, boleh jadi siswa sukses dalam menghitung luas lapangan, namun siswa tidak berhasil dalam memperkirakan berapa banyaknya orang yang dapat termuat di lapangan untuk tiap meter persegi. Di sinilah kemungkinan siswa Indonesia mengalami kesulitan yang disebabkan mereka kurang terbiasa melakukan perkiraan pada suatu situasi. Pilihan jawaban yang disajikan sebenarnya sangat membantu siswa untuk mengetahui jawaban yang tepat. Ketika siswa mengetahui bahwa luas lapangan adalah 100 × 50 = 5000 m2, siswa mulai melakukan eliminasi terhadap pilihan jawaban yang salah. Untuk jawaban A, yaitu 2000 orang tidak mungkin, karena ada informasi yang menyebutkan bahwa lapangan penuh dan banyak fans yang berdiri. Untuk jawaban B, yaitu 5000 orang juga tidak mungkin, karena 5000 orang berarti tiap 1 m2
ditempati 1 orang, karena ruangnya jadi longgar. Untuk jawaban C, karena ada 20.000 orang, maka tiap 1 m2 ditempati oleh 4 orang (diperoleh dari 20.000 : 5.000), dan jawaban ini masuk akal. Untuk jawaban D dan E, siswa mestinya melihat bahwa pilihan D menunjukkan tiap 1 m2 ditempati 10 orang.

Dari uraian diatas dapat ditarik ringkasan bahwa UN memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal pelaksanaan dan penerepan pengevaluasiannya, meskipun landasan kurikulumnya kurang lebih memiliki persamaan. Seperti yang telah disampaikan pada penelitiannya, tim putra sempoerna foundation yang mengatakan bahwa Kelemahan lain dari soal-soal UN matematika tingkat SMP/MTs terletak pada tingkat kesulitan soal-soal itu sendiri. Soal-soal ini terlalu kontekstual, dengan didominasi oleh tingkatan kognitif perform procedurs.
Hal ini terlihat jelas dalam perbandingan antara soal-soal UN, dengan soal-soal yang diujikan di tingkat internasional seperti PISA dan TIMSS. Ini menunjukkan bahwa siswa hanya diminta untuk melakukan penghitungan sementara rumus/petunjuk yang diberikan dalam soal sudah cukup jelas arahannya. Sehingga siswa tidak dilatih untuk menggunakan penalaran, logika dan kemampuan analisanya. Alasan inilah yang mendasari mengapa dalam kompetisi internasional siswa Indonesia menemapti posisi rendah, serta pencapaian UN di tingkat nasional juga rendah. Soal-soal yang diujikan tidak cukup kreatif dan kurang mengaplikasikan problem solving. Padahal melalui problem solving, siswa dibimbing untuk menggunakan dan melatih kemampuan (skill) mereka dalam penalaran, logika dan analisa.


Daftar Pustaka
Badan Standar Nasional Pendidikan dan Pusat Penilaian Pendidikan Kementrian Pendidikan Nasional, Republik Indonesia.2011. UJIAN NASIONAL 2011 bagi SD/MI/SDLB dan SMP/MTs-SMPLB-SMA/MA-SMALB-SMK
Mulyasa, E.2010.  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. (Modul Matematika SMP Program Bermutu)
Pisa Indonesia.2011.Pisa dan UN. http://pisaindonesia.wordpress.com/2010/10/28/pisa-dan-un/ Diakses tanggal 28 Oktober 2011
Undang-Undang Republik Indonesia. No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Jakarta : Sinar Grafika.
Yunengsih, Yuyun dkk.2008. Ujian Nasional : Dapatkah Menjadi Tolak Ukur Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Putra Sempoerna Foundation




1 komentar:

  1. mokasih yuk, teni minta yoooo... utk tugas budi..
    mokasih ayukku yang cantik...

    BalasHapus